Pendidikan Agama Islam Part 3



Soal :
1. Apa yang anda simpulkan dari ketiga bab tersebut?
2. Ceritakan pengalaman pribadi anda mengenai :
a. Berakhlak kepada Allah SWT.
b. Berakhlak kepada kedua orang tua
c. Berakhlak kepada teman atau tetangga anda
Jawab :
1.      AKHLAK
Akhlak adalah sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia. Karena itu, selain dengan kaidah, akhlak dapat dipisahkan dengan syari’ah. Syari’ah mempunyai lima kategori pernilaian tentang perbuatan dan tingkah laku manusia, disebut al – ahkam al – khamsah seperti telah diuraikan di muka. Kategori pernilaian itu tidak hanya wajib dan haram, tetapi juga sunnah, makruh dan mubah serta ja’iz. Wajib dan haram, termasuk kategori hukum (duniawi) terutama, sedang sunnah, makruh dan mubah termasuk dalam kategori kesusilaan atau akhlak.

Akhlak adalah pembahasan tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tegolong perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk atau berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkahlaku, kemudian memberikan hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong baik atau buruk.

Adapun 5 ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak adalah:
a)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakuakan dengan mudah dengan menggunakan tanpa pemikiran.
b)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbuk dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar (atas dasar dan keinginan diri sendiri) tanpa paksaan.
c)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dialkuakn dengan sesungguhnya, bukan bermain – main atau karena bersandiwara.
d)     Sejalan dengan ciri yang ke empat perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata – mata karena Allah swt. Bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapat suatu ujian.

TASAWUF
Tasawuf secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha untuk menyucikan jiwa sesuci mungkin dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga kehadiran-Nya senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan.

Berikut ini antara lain definisi-definisi tasawuf yang dituturkan oleh para sufi dan atau para pakar tasawuf:
1.      Al-Ghazali di dalam kitabnya, Al-Munqidh min al-Dalal, menulis bahwa para sufi adalah mereka yang menempuh (salikin) jalan Allah, yang berakhlaq tinggi nan bersih, bahkan juga berjiwa cemerlang lagi bijaksana.
2.      Radim bin Ahmad al-Baghdadi berpendapat, tasawuf memiliki tiga elemen  penting yaitu:faqr, rela berkorban, dan meninggalkan kebatilan (ghurur).
3.      Al-Junaid mendefinisikan tasawuf adalah “An-Takuna ma’allah bi-la ‘alaqah”, hendaknya engkau bersama- sama dengan Allah tanpa adanya hijab.
4.      Samnun berpendirian bahwa tasawuf adalah “An-Tamlika shay’an wa la yamlika shay’un”, hendaknya engkau merasa tidak memiliki sesuatu dan sesuatu itu pun tidak menguasaimu.
5.      Ma’ruf al-Karkhi, mengemukakan tasawuf dengan kalimat: mengambil yang hakikat dengan mengabaikan segala kenyataan yang ada pada selain Allah, dan barang siapa yang belum mampu merealisasikan hidup miskin maka ia belum mampu dalam bertasawuf.
6.      Amin al-Kurdi, mengatakan bahwa tasawuf adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kebaikan dan keburukan jiwa, bagaimana cara membersihkan sifat-sifat buruk dan menggantinya dengan sifat-sifat terpuji, serta bagaimana jalan menuju keridaan Allah.
7.      Dzun Nun al-Misri, berpendapat bahwa sufi adalah orang yang didalam hidupnya tidak disusahkan dengan permintaan dan tidak pula dicemaskan dengan terampasnya barang. Selanjutnya al-Misri juga mengatakan bahwa mereka itu merupakan komonitas yang mendahulukan Allah di atas segalanya, sehingga Allah pun mendahulukan mereka di atas segalanya.
8.      Abu Yazid al-Bustami, menjelaskan tasawuf adalah Suatu kondisi dimana seseorang mengencangkan ikat pinggangnya (karena menahan lapar) dan pengekangan terhadap syahwat duniawi sesaat. Al-Bustami juga menambahkan, yakni melemparkan interes pribadi kepada Allah dengan mencurahkan secara totalitas kepadaNya.
9.      Ibnu Jala’ berpandangan tasawuf adalah apa yang menjadi esensi, tidak ada suatu formalitas apapun baginya.
10.  Abu al-Wafa’ al-Taftazani menjelaskan definisi tasawuf secara lebih substansi, yaitu tasawuf adalah sebuah pandangan filosofis kehidupan yang bertujuan mengembangkan moralitas jiwa manusia yang dapat direalisasikan melalui latihan-latihan praktis tertentu yang mengakibatkan larutnya perasaan dalam hakikat transidental. Pendekatan yang digunakan adalah dzauq(intuisi) yang menghasilkan kebahagiaan spiritual. Pengalaman yang tak kuasa diekspresikan melalui bahasa biasa karena bersifat emosional dan individual.

HUKUM ISLAM (SYARI’AH)
Secara etimologis, kata syariat, (dalam bahasa Arab, aslinya, syarî’ah/ شريعة) berasal dari kata syara’a ( شرع) yang berarti jalan ke tempat keluarnya air untuk minum atau tempat lalu air di sungai. Dalam perkembangannya, kata syari’ah digunakan orang Arab untuk konotasi jalan lurus ( الطريقة المستقيمة ).
Dalam al-Qur`an kata syara`a, dalam berbagai bentuknya diungkapkan sebanyak lima kali, yaitu surat al-Maidah/ 5: 48, al-A`raf/ 7: 163; al-Syûra/ 42: 13 dan 21, dan dalam surat al-Jâtsiyah/ 45: 18. Kata syariat pada ayat-ayat tersebut mengandung arti jalan yang lurus dan jelas menuju kebahagiaan hidup. Pengertian ini menurut para ahli, identik dengan pengertian agama (al-din/ الدّين ). Karena hanya agamalah yang dapat membimbing manusia kepada kebenaran hakiki untuk memperoleh kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Firman Allah dalam surat al-Jâtsiyah ayat 18.

ثمّ جعلناك على شريعة من الأمر فاتّبعها

Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu.
Dalam surat al- Syûra ayat 13 ditegaskan:

شرع لكم من الّذين ما وصّى به نوحا والّذي أوصينا إليك ما وصّينا به إبراهيم وموسى وعيسى أن أقيموا الدّين ولا تفرّقوا فيه 

Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu; tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.

Syariat menurut bahasa berarti jalan. Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umatNya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah.

Hukum Islam berarti keseluruhan ketentuan-ketentuan perintah Allah yang wajib diturut (ditaati) oleh seorang muslim.
Dari definisi tersebut syariat meliputi:

1) Ilmu Aqoid (keimanan)
2) Ilmu Fiqih (pemahan manusia terhadap ketentuan-ketentuan Allah)
3)  Ilmu Akhlaq (kesusilaan)
2.      A. Berakhlak kepada Allah swt.
Berakhlah kepada Allah swt. Berarti saya mengikuti segala perintah Allah swt. Dan menjauhi segala larangannya. Menjadi keyakinan kepada diri saya sendiri bahwa kebenaran datangnya dari Allah dan jangan pernah kita takut untuk mempelajarinya. Hukum Allah tidak pernah salah dan firmannya pun tidak diragukan kebenarannya. Apabila ada suatu kesalahan itu murni semata – mata dari manusia itu sendiri.
Walaupun zaman sekarang ini banyak berita mengenai kaum Yahudi yang berusaha merusak kemurnian dari sebuah Al – Qur’an, tapi jangan sampai kita takut dan ragu untuk mencari kebenarannya, yakinlah pada Allah swt. Bahwasannya kita ini hidup di dunia semata – mata untuk mendapatkan ridha dari Allah swt. Dan segala perbuatan serta amal ibadah kita, kita serahkan seutuhnya kepada Allah swt. Soal benar atau salahnya menurut anggapan orang mengenai kesucian Al – Qur’an yang selalu dijadikan pedoman dalam hidup kita, mulai saat itulah kita sebagai umat islam tetapkan dalam hati bahwasannya hanya Allah lah yang mengetahui segala kebenaran di dunia ini.
Untuk itu saya selalu berserah diri kepada Allah swt. Apapun yang saya lakukan Insya Allah sesuai dengan agama islam dan tidak menyimpang dari kaidah – kaidah Islam. Jadi, saya hanya bisa berdoa untuk diselamatkan dan ditunjukkan ke jalan yang benar, jalan yang lurus, dan jalan yang penuh dengan ridha – Nya. Tetapkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Esa dan perilaku kita pastinya selalu dilihat oleh Allah, jika ada kesalahan yang tampak maupun yang tidak tampak, yang disengaja maupun yang tidak disengaja kembali lagi bahwa kita hanyalah manusia biasa yang penuh dengan kekurangan, kita di dunia ini hanya hidup sementara dan akan kekal di akhirat nanti. Jadi, ketika akhlak kita tidak baik maka ingatlah kepada Sang Pencipta, tetapi jika akhlak kita sudah baik, pertahankanlah agar menjadi lebih baik supaya menambah amal ibadah kita dihadapan Allah swt. Ketika dia  hari akhir kelak.
Firman Allah subhanahu wa ta’alaa:
“Wahai orang yang beriman; berimanlah kamu kepada Allah, Rasul-Nya (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam ), kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang telah diturunkan sebelumnya. Barangsiapa kafir (tidak beriman) kepada Allah, malaikat-Nya. kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan Hari Akhirat, maka sesungguhnya orang itu sangat jauh tersesat.” (QS. An Nisaa’ (4): 136
“Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah (2): 163.)
“Allah itu tunggal, tidak ada Tuhan selain Dia, yang hidup tidak berkehendak kepada selain-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya lah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Bukankah tidak ada orang yang memberikan syafaat di hadapan-Nya jika tidak dengan seizin-Nya? Ia mengetahui apa yang di hadapan manusia dan apa yang di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sedikit jua pun tentang ilmu-Nya, kecuali apa yang dikehendaki-Nya. Pengetahuannya meliputi langit dan bumi. Memelihara kedua makhluk itu tidak berat bagi-Nya. Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Baqarah (2): 255.)
“Dialah Allah, Tuhan Yang Tunggal, yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui perkara yang tersembunyi (gaib) dan yang terang Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah Allah, tidak tidak ada Tuhan selain Dia, Raja Yang Maha Suci, yang sejahtera yang memelihara, yang Maha Kuasa. Yang Maha Mulia, Yang Jabbar,lagi yang Maha besar, maha Suci Allah dari segala sesuatu yang mereka perserikatkan dengannya. Dialah Allah yang menjadikan, yang menciptakan, yang memberi rupa, yang mempunyai nama-nama yang indah dan baik. Semua isi langit mengaku kesucian-Nya. Dialah Allah Yang Maha keras tuntutan-Nya, lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Hasyr (59): 22-24 )
“Katakanlah olehmu (hai Muhammad): Allah itu Maha Esa. Dialah tempat bergantung segala makhluk dan tempat memohon segala hajat. Dialah Allah, yang tiada beranak dan tidak diperanakkan dan tidak seorang pun atau sesuatu yang sebanding dengan Dia.” (QS. Al Ikhlash (112): 1-4)
“Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha (20): 14)
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kalian semua, agama yang satu dan Aku Tuhan kalian, maka bartakwalah kepada-Ku.” (QS. Al Mukminun (23): 52)
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kalian semua agama yang satu dan Aku Tuhan kalian, maka sembahlah Aku.” (QS. Al Anbiya (21): 92)
“Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan-Tuhan selain Allah, tentulah keduanya telah rusak, binasa. Maka Mahasuci Allah yang mempunyai Arasy daripada apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al Anbiya’ (21): 22)
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, Malaikat, Kitab-Kitab, Nabi-Nabi…” (QS. Al Baqarah (59): 177)

            B. Berakhlak kepada kedua Orangtua
                        Berakhlak kepada kedua orangtua yaitu dengan cara menjadi anak yang soleh dan patuh kepada kedua orangtua, mengikuti segala perintah baiknya, bersikap ramah, sopan santun, dan hormat kepada kedua orangtua. Tidak lupa mendoakan kedua orangtua ketika saya sedang beribadah kepada Allah swt. Dan meminta ampunan kepada Allah swt. Atas segala dosa yang pernah dilakukan oleh kedua orangtua kita serta memohon dihapuskan segala penderitaannya karena telah merawat anak – anaknya dari bayi hingga dewasa. Saya selalu meminta kepada Allah untuk menyayangi kedua orangtua saya sebagaimana mereka menyayangi saya diwaktu kecil.
                        Sebagai seorang anak berakhlak yang baiklah yang harus ditunjukkan kepada kedua orangtua, tidak menyakiti hatinya, walau terkadang sering membuat sedih, tidak melawan kedua orangtua, walau terkadang suka secara tidak disadari kita suka melawan perkataan kedua orangtua, tidak memberikan kesedihan , tidak malas, dan masih banyak lagi.
                        Meskipun orangtua tidak mengharapkan imbalan apapun atas jasanya selama ini membesarkan dan mengasihi kita dengan tulus, kita bukan berarti tidak harus berbuat apa – apa, Membalas segala pengorbanan kedua orangtua memang hasilnya tidak seberapa, tetapi dengan memberikan sikap yang baik, beribadah dengan rajin, membuat bangga kedua orangtua dengan menunjukkan prestasi yang baik di sekolah, membantu kedua orangtua di rumah, menjalin kerukunan , menyayangi  dengan sepenuh hati, dan mendoakan dimanapun orangtua berada dan berdoa untuk diberikan keselamatan dan memohonn kepada Allah swt. Untuk dijauhkan dari segala musibah dan marabahaya , semua itu adalah bentuk perbuatan akhlak yang bisa saya tunjukkan untuk kedua orangtua, walau masih banyak lagi karena itu semua masih belum cukup untuk menebus jasa kedua orangtua.
                 Dalam Al-quran juga di jelaskan:
QS alisraa 24
                         Artinya :“ Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: Ya Allah kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka telah mendidik aku waktu kecil”.( Al-Israa’ :24).
                  Syekh Muhammad bin Zameel Zeeno menyebutkan cara berbakti kepada kedua orang tua sebagai berikut:
1.         Selalu berbicara sopan kepada kedua orang tua
2.         Selalu taat kepada keluarga selama tidak untuk kemaksiatan kepada Allah Swt.
3.         Selalu lemah lembut,jangan bermuka masam dihadapan mereka berdua
4.      Selalu menjaga nama baik,kehormatan dan harta mereka berdua,dan tidak    mengambil sesuatu tanpa seizinnya.
5.      Selalu melakukan hal-hal yang dapat meringankan tugas mereka berdua,meskipun tanpa perintahnya.
6.         Selalu bersegera,jika mereka memanggil.
7. Selalu mendo’akan mereka berdua;dan lain sebagainya
            C. Berakhlak dengan teman atau tetangga
                         Berakhlak dengan teman atau tetangga biasanya dilakukan dengan cara saling menghargai, misalnya dalam pergaulan dengan teman kita harus melakukan cara – cara sebagai berikut :
Ø  Berucap dengan sopan;
Ø  Tidak menyakiti hati teman;
Ø  Ramah tamah;
Ø  Berperilaku baik;
Ø  Menjauhi permusuhan;
Ø  Tidak memilih – milih teman dalam bergaul;
Ø  Saling tolong memolong;
Ø  Saling memberi motivasi;
Ø  Toleransi;
Ø  Selalu menghibur; dan masih banyak lagi.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda, yang artinya :

"Bertakwalah engkau dimanapun engkau berada, Sertailah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan.Dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik". (HR.Tirmidzi, ia berkata:Hadits hasan).

"Seutama-utama amal Shalih, ialah agar engkau memasukkan kegembiraan kepada saudaramu yang beriman".(HR.Ibn Abi Dunya dan dihasankan olah Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami'ush Shaghir 1096).
Rasulullah melalui ungkapannya:

“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik (shalihah) dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya itu atau engkau menibeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma harmznya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan mencium darinya bau yang tidak sedap“. (Riwayat Bukhari, kitab Buyuu’, Fathul Bari 4/323 dan Muslim kitab Albir 4/2026)
Sedangkan cara kita berakhlak dengan tetangga, yaitu :
Ø  Tenggang rasa;
Ø  Saling menghormati;
Ø  Gotong royong;
Ø  Mempunyai tata karma;
Ø  Saling membantu;
Ø  Saling memberi;
Ø  Bersikap baik;
Ø  Tidak suka menggunjing;
Ø  Tidak saling membericarakan di belakang;
Ø  Menjenguk tetangga yang sedang sakit atau terkena musibah;
Ø  Menolong di setiap ada kesusahan; dan
Ø  Menyatukan persaudaraan dengan tali silaturahmi.
Dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah berkata yang baik atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah berbuat baik kepada tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah menghormati tamunya." [Disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim].
Adab bergaul dengan manusia merupakan bagian dari akhlakul karimah (akhlak yang mulia). akhlak yang mulia itu sendiri merupakan bagian dari dienul Islam. Walaupun prioritas pertama yang diajarkan oleh para Nabi adalah tauhid, namun bersamaan dengan itu, mereka juga mengajarkan akhlak yang baik. Bahkan Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam diutus untuk menyempurnakan akhlak. beliau Shalallahu 'alaihi wassalam adalah seorang manusia yang berakhlak mulia. Allah berfirman, yang artinya :

"Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung".(QS.Al-Qalam 4).

Dan kita diperintahkan untuk mengikuti beliau, taat kepadanya dan menjadikannya sebagai teladan dalam hidup. Allah telah menyatakan dalam firman-Nya :


"Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu contoh teladan yang baik (QS.Al-Ahzab 21).

Dengan mempraktekkan adab-adab dalam bergaul, maka kita akan memperoleh manfaat, yaitu berupa ukhuwah yang kuat diantara umat Islam, ukhuwah yang kokoh, yang dilandasi iman dan keikhlasan kepada Allah. Allah telah berfirman :

"Dan berpegang teguhlah kalian denga tali (agama ) Allah bersama-sama , dan janganlah kalian bercerai-berai, Dan ingatlah nikmat Allah yang telah Allah berikan kepada kalian, ketika kalian dahulu bermusuh-musuhan, lalu Allah lunakkan hati-hati kalian sehingga dengan nikmat-Nya, kalian menjadi bersaudara, padahal tadinya kalian berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah menjelaskan kepada kalian ayat-ayatnya, agar kalian mendapat petunjuk. (QS.Al-Imran 103).
NB: REFRENSI - LUPA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG TEKNIK SIPIL

PENGARUH EKSENTRISITAS BEBAN TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL

ISD - Part 7