CERPEN "KORUPSI OH KORUPSI"
Korupsi Oh Korupsi
by : Agif Prasetyo, Era Agita, Kodis Sulaeman
Mahasiswa Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Ilmu Budaya Dasar
Korupsi,
apa sih korupsi itu ?
Kenapa
setiap kita mendengar satu kata ini pasti terbetik kesan yang sangat mendalam,
satu kata yang sangat keramat yang mengandung banyak makna di dalamnya. Jika
kita ditanya apakah korupsi itu, mungkin kita akan menjawab korupsi itu yah
mengambil uang atau hak milik orang lain dalam jumlah besar pastinya yang
ditujukan untuk kepentingan pribadi seperti yang sering dilakukan oleh para
petinggi Negara Republik Indonesia ini. Ya, itu juga bisa dikatakan
korupsi.Karena korupsi itu sendiri memiliki arti memanfaatkan sesuatu yang bisa
berupa materi atau apapun untuk kepentingan pribadi yang dilakukan tidak pada
tempatnya dan dapat mengakibatkan kerugian bagi beberapa pihak di dalamnya.
Sebenarnya
korupsi itu tidak harus selalu berwujud materi atau uang, melainkan korupsi
juga bisa berupa hal sepele yang mungkin tidak terpantau dan tidak terasa oleh
kita, padahal hal tersebut bisa merugikan kita sendiri seperti korupsi waktu,
korupsi pikiran, korupsi tenaga, dan lain sebagainya.Dan ini adalah ceritaku
tentang bagaimana aku yang bisa dibilang kurang baik dalam mengatur dan
memanfaatkan waktu.
Alarm
berbunyi, waktu sudah menunjukkan jam enam lewat lima puluh menit. Hari ini
adalah hari Rabu, tanggal 28 Desember 2011.Hari yang cerah untuk memulai
aktifitas layaknya yang biasa dilakukan oleh para mahasiswa kebanyakan, yaitu
yah berangkat kuliah. Walaupun kuliah hari ini dimulai sekitar satu jam lagi.
Tapi, aku tidak merasa takut telat masuk dan tetap merasa tenang melakukan apa
yang ingin aku lakukan sebelum aku harus bertemu dengan pelajaran yang
memusingkan itu nanti di kampus. Karena pikirku lagipula “Pasti dosennya telat
hari ini seperti biasa, lagian hari ini kan pelajaran pendidikan pancasila.
Tenang aja ah.” Kucoba menenangkan diriku, supaya ga terlalu ribet bawaannya.
Yah, begitulah kebiasaanku yang menganggap semua hal menjadi sebuah masalah
yang mudah dan pasti aku bisa menghadapinya, dan menurutku mungkin saja mahasiswa
lainpun sering melakukan hal yang sama seperti aku.
Aku,
adalah anak kedua dari dua bersaudara. Aku saat ini tengah menjadi mahasiswa
jurusan sastra di salah satu perguruan tinggi swasta di daerah ibu kota.
“Rendy, kamu nunggu apa lagi ? Sekarang sudah
jam berapa, cepat turun kita sarapan.”
Itulah
namaku, Riorendy Munawan biasa dipanggil Rendy.
“Ya bu, tunggu sebentar aku lagi pake sepatu
!”
Yang
berteriak-teriak tadi itu adalah ibuku. Ibu memang hampir setiap hari
melakukannya di depan kamarku sekedar untuk mengingatkanku agar segera turun ke
ruang makan bersama sebelum aku berangkat kuliah. Beliau memang seorang ibu
yang sangat perhatian dan penuh dengan kehangatan bagi kami
anak-anaknya.Setelah memakai sepatu aku lekas turun ke ruang makan.
“Ya bu, aku turun nih”, jawabku
“Kamu sekarang ada kuliah apa nak ?”, Tanya
ibuku
“Ya
bu, aku hari ini ada jadwal kuliah pancasila”, jawabku.
“Kamu
memangnya masuk jam berapa ?”, Tanya ibu
“
sekarang kan sudah hampir jam setengah
delapan”.
“Hmm, gawat.. Oh iya bu, aku lupa. Aku hari
ini masuk jam delapan. Yasudah kalau gitu aku berangkat dulu yah bu”, sambarku.
“Kamu
tuh yah kebiasaan lupa waktu, sudah cepat sana berangkat nanti kamu telat lagi”
“Ya bu, aku berangkat sekarang ya bu.
Assalamu’alaikum”
“Ya,
wa’alaikum sallam, hati-hati ya nak”.
“Ya bu ..”
Ini
adalah kebiasaan burukku yaitu tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik.Dari
rumah aku terlihat terburu-buru berangkat, padahal setelah di luar rumah aku
berangkat dengan santai lagi.Pikirku masih seperti tadi, pasti dosennya bakalan
telat masuk makanya aku tidak usah terlalu terburu-buru lah, santai saja. Di
jalan aku bosan melihat baliho, iklan jalanan dan lain sebagainya yang selalu
saja menuliskan kata-kata anti korupsi, memang aku adalah orang yang sangat
membenci perbuatan korupsi. Aku sangat mengutuk orang yang melakukan itu,
karena menurutku hal tersebut adalah perbuatan yang paling hina yang pernah
ada, lebih hina dari seorang pelacur sekalipun. Aku heran dengan kondisi Negara
yang aku tinggali ini, kenapa susah sekali menghilangkan tindakan-tindakan
korupsi yang tengah menjadi topik utama disemua pemberitaan. Apakah orang-orangnya
yang sudah tidak mengindahkan nilai-nilai hukum, norma-norma yang berlaku, atau
memang Negara ini yang sudah mendapatkan kutukan dari sang pencipta sehingga
yang namanya perbuatan korupsi besar-besaran tidak akan pernah bisa dihapuskan
dan akan selalu merambat hingga ke partikel-partikel terkecil dari masyarakat.
Kalau memang begitu, berarti Negara ini akan semakin hancur saja, rakyat-rakyat
yang tidak bersalahpun akan banyak yang ikut merasakan kerugian dari perbuatan
tidak bertanggung jawab para pelopor korupsi itu. Aku bingung jadinya dengan
Negara ini yang semakin hari semakin buta akan hukum. Seakan hukum itu sudah
tidak mau lagi mengibris mereka yang pintar membolak-balikkan dan mengacak-acak
perilaku pelanggaran hukum dengan kekuasaan yang dimilikinya. Tapi, ya sudahlah
itu kan bukan urusanku. Negara ini kan mempunyai lembaga-lembaga khusus yang
sudah disediakan untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Setibanya
di kampus aku langsung masuk ke kelas dan benar saja apa kataku, walaupun jarum
jam sudah mondar-mandir di angka Sembilan tapi dosen itu belum datang juga.
Kulihat yang lainnya sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.Ada yang
sedang mengotak-atik laptop entah sedang mengerjakan tugas atau sekedar
memainkannya untuk menghilangkan rasa bosan, ada yang sedang asik bercengkrama
mengobrolkan pengalamannya tadi malam bersama pacarnya kepada teman-temannya, sampai-sampai
ada juga yang sedang menjajakan barang dagangannya, sungguh lengkap sekali
kelasku.Dua puluh lima menit berlalu, akhirnya dosen yang ditunggu datang juga.
Hari ini dia mengajar dengan mengenakan baju berwarna merah muda, dengan celana
yang dipakai terlalu atas.Membuat aku ingin tertawa saja. Untuk pelajaran kali
ini dia sedikit lebih tegas rupanya dia akan menerangkan tentang korupsi, hal
yang paling aku benci. Nampaknya dosen yang satu ini sangat bersemangat
menerangkan apa yang dia ketahui dan ingin kami semua memperhatikannya dan bisa
menerima maksud dari omongannya, terlihat dari caranya menerangkan. Pelajaran
selesai ahnya dalam hitungan jam saja, kira-kira dua jam lebih lima belas menit
dia masuk lalu pergi lagi. Namun begitu, tetap dia meninggalkan sesuatu kepada
kami, dia memberikan tugas.Tidak seperti biasanya beliau memberikan kami tugas
kuliah, padahal biasanya dia masuk hanya menerangkan tanpa memberikan
tugas.Namun kali ini berbeda, rupanya dia ingin kami lebih memahami lagi tentang
dampak dari korupsi.
Sepulang
kuliah aku langsung mencari bahan untuk tugas pancasila tadi.Ku buka buku-buku
pelajaran yang berhubungan dengan hal tersebut, bolak-balik kucari tapi tidak
ketemu juga.Merasa jenuh, akupun memutuskan untuk mencarinya di internet,
tempat yang paling lengkap dari semua tempat yang ada.Aku cari kesana kemari,
hingga akhirnya aku menemukan satu masalah mengenai korupsi yang sesuai dengan
tugasku.Dan setelah aku baca-baca ternyata itu adalah kasus yang tengah menimpa
tetanggaku, aku menjadi semakin semangat untuk membacanya dan hingga akhirnya
aku memutuskan untuk menelusuri lebih lanjut mengenai masalah tersebut.
Lagipula kejadiannya kanada disekitarku, pasti akan lebih mudah untuk
mengetahui lebih lanjutnya. Aku datangi rumah tetanggaku yang tengah terbelit
kasus korupsi itu, kucari info selengkap-lengkapnya dari masalah itu.Ku catat
setiap info yang aku dapatkan dari pencarianku, hingga akhirnya aku dapatkan
kesimpulan dari permasalahan yang dilakukan oleh pak Adam itu.Kira-kira seperti
ini kisahnya.
Pak
Adam adalah seorang kepala keluarga yang merupakan keluarga yang cukup
harmonis, beliau menikahi seorang wanita bernama Rossa keturunan noni belanda
yang cantik dan baik hati.Mereka berdua hanya bisa mempunyai seorang anak
perempuan karena suatu kejadian dimasa lalu dan kini anaknya sudah berusia
sepuluh tahun, namanya Anti. Pak Adam adalah seorang pegawai di perusahaan
swasta dan ia sudah mengabdikan dirinya untuk perusahaan tersebut sejak ia
menyelesaikan pendidikannya kira-kira lima belas tahun yang lalu. Pak Adam
adalah seorang pegawai yang rajin dan sering mendapatkan predikat sebagai
pegawai teladan, sehingga ia menjadi pegawai yang sangat dipercaya oleh
perusahaan tempat ia bekerja. Namun pada suatu hari terdengarlah kabar bahwa
anaknya mengidap sebuah penyakit yang sangat mematikan dan memerlukan banyak
uang untuk bisa mengobati penyakit tersebut.
“Pah,
anak kita kenapa pah ? Dari hidungnya keluar darah, tapi badannya dingin dan
dia mengeluarkan keringat dingin sejak tadi sore”, bu Rossa panik.
“Memangnya kamu beri makan apa dia ?”, sahut
pak Adam.
“Ya
mamah kasih makanan seperti biasa, kayanya ga mungkin deh kalo dia salah makan.
Toh semua yang dia makan kan sama dengan apa yang mamah makan. Coba papah liat
deh”, bu Rossa menjelaskan.
“Wah,
papah juga ga ngerti mah papah kan bukan dokter. Lebih baik kita bawa saja dia
ke rumah sakit.”
“Ya
pah, ayo cepat kita bawa Anti ke rumah sakit. Mamah takut terjadi apa-apa sama
dia”
“Ya
sudah, kamu yang angkat dia. Papah mau menyalakan mobil dulu”.
Mereka
pun pergi ke rumah sakit terdekat.
“Dok, anak saya kenapa ini dok ?”, tanya Pak
Adam.
Sejak
tadi dia tidak berhenti menggigil dan tadi sempat mengeluarkan darah dari
hidungnya”, Tanya pa Adam panik.
“Sebentar
saya periksa dulu pak, silahkan bapak dan ibu menunggu di luar !”, jawab dokter
menenangkan.
Dokter
itupun masuk ke ruang ICU dan memeriksanya sambil memberikan pertolongan
pertama pada anak gadis itu. Setengah jam berlalu namun dokter tersebut belum
keluar dari ruang penting itu. Lima menit kemudian si dokter keluar dan
mendekati pak Adam dan bu Rossa.
“Pak,
anak bapak mengalami kerusakan pada otaknya dan harus secepatnya dilakukan
operasi. Tapi kami disini tidak mempunyai alat yang mendukung, kalau menurut
saya lebih baik bapak membawanya ke Singapura untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik karena disana dokternya sudah relevan dan persediaan alat-alatnya
pun sudah tersedia lengkap dibandingkan dengan di rumah sakit ini”, kata dokter tersebut.
“Apa
dok, memangnya separah itu kondisi anak saya sampai-sampai harus dirujuk ke Singapura.
Kira-kira kami harus mengeluarkan biaya berapa dok untuk melakukan operasi
tersebut ?”, Tanya pak Adam.
“Karena penyakitnya yang sudah masuk stadium
akhir, bapak harus melakukan operasi tingkat akhir agar anak bapak bisa
diselamatkan dan biayanya kira-kira dua ratus lima puluh juta rupiah untuk
operasinya dan setelah operasi anak bapak harus mengikuti beberapa proses
terapi rutin”, jawab dokter.
“Apa ? Sebanyak itu dok ? Apa tidak bisa
dilakukan di Indonesia saja ? Tapi anak saya pasti bisa selamat kan dok ?”, bu
Rossa panik.
“Ya
bu, memang harus dilakukan di luar negeri untuk mendapatkan hasil terbaik. Untuk
harapan selamatnya adalah lima puluh persen, itupun sudah harapan terbesar bu.
Hal ini disebabkan karena kondisi anak ibu yang sudah terlalu parah”.
“Tapi,
kenapa penyakitnya mendadak seperti ini. Padahal anak saya tidak punya catatan
sakit keras dok, tapi kenapa bisa jadi seperti ini dan kenapa anak saya, kenapa
bukan saya saja.”
“Ya bu, ini adalah sebuah penyakit langka yang
bisa datang kapan saja tanpa melihat waktu dan batasan usia”.
Mendengar
perkataan dokter tadi pak Adam dan bu Rossa merasa bingung dan tidak tahu harus
berbuat apa.
“Pah,
bagaimana kalau sekarang saja kita melakukan operasinya. Sebelum semuanya
terlambat”.
“Iya mah papah juga maunya begitu, tapi..”
“Tapi
kenapa pah?”
“Tapi,
uang tabungan kita kan tidak cukup. Kita tidak mungkin kan menjual rumah kita,
nanti kita mau tinggal dimana.”
“Terus gimana pah ? Mamah ga mau kalau harus
kehilangan Anti, mamah ga sanggup pah.”
“Iya,
papah juga ga sanggup kalau harus kehilangan Anti, anak kita. Tapi kita harus
siap menerima kemungkinan terburuk yang mungkin saja bisa terjadi, tapi papah
pasti akan berusaha untuk mendapatkan uang itu. Mamah tenang aja ya, biar
urusan ini papah yang selesaikan”, pak Adam mencoba menenangkan keadaan.
Kesana
kemari pak Adam mencari pinjaman uang untuk operasi anaknya, namun tidak juga
dia mendapatkannya.
“Pak, saya boleh meminjam uang perusahaan
tidak pak ? Untuk biaya operasi anak saya pak. Kondisinya sudah sangat parah”,
bujuk pak Adam.
“Memangnya berapa yang anda butuhkan ?”
“Sekitar dua ratus lima puluh juta rupiah pak”
“Sebesar itu ? Maaf pak, Perusahaan ini hanya
bisa meminjamkan uang kepada para pegawai maksimum sebesar seratus juta rupiah
saja”
“Jadi
tidak bisa pak ?”
“Iya,
maaf pak ini sudah menjadi peraturan perusahaan”
Pak Adam mulai kebingungan kemana lagi ia
harus mencari pinjaman uang untuk operasi anaknya, padahal kalau tidak segera
dioperasi kondisi anaknya akan semakin buruk. Akhirnya setelah dia
memikirkannya semalaman, dia menemukan satu-satunya jalan keluar yang bisa ia
ambil. Keesokan harinya ia melakukan apa yang ia pikirkan semalam tadi.
“Ini
dok biaya operasinya, dua ratus lima puluh juta rupiah. Bisa kita melakukan
operasi sekarang ?”, gubris pak Adam.
“Tentu saja pak. Bapak tinggal membayarnya di
bagian administrasi, dan kita akan segera terbang ke Singapura untuk menjalani
operasi anak bapak”, tegas dokter.
“Okey
dok, lebih cepat lebih baik”, tambah pak Adam.
Akhirnya
Anti pun dibawa ke Singapura untuk melakukan operasi. Satu minggu berlalu
setelah operasi tersebut, Anti sudah mulai bisa dibawa pulang namun masih harus
menjalani beberapa proses terapi guna memulihkan kondisinya.
Betapa
senangnya bu Rossa melihat anaknya yang kembali sehat dan bisa tersenyum lagi. Namun
demikian, raut wajah pak Adam terlihat seperti sedang memikirkan
sesuatu.Wajahnya tersenyum namun senyumnya terasa getir. Nampaknya pak Adam sedang
memikirkan sebuah masalah yang hanya dia yang tahu. Seakan dia sedang
mengangkat batu yang sangat besar dan menahannya agar anak dan isterinya bisa
bernapas dan terbebas dari himpitan batu besar itu. Disaat pak Adam dan bu
Rossa sedang duduk santai sejenak setelah melewati hari-hari yang berat,
tiba-tiba saja terdengar suara ketukkan pintu dari arah ruang tamu. Langsung
saja mereka mambuka pintu tersebut, dan ternyata yang datang adalah dua orang
polisi bersama dua orang lainnya.
“Permisi
bu, apa benar ini kediaman bapak Adam ? Saya mendapatkan perintah untuk menahan
suami anda”, tegas si polisi.
“Iya benar ini rumah pak Adam, saya isterinya ada
apa ya pak ? Kenapa tiba-tiba bapak ingin menangkap suami saya ?”, tanya bu
Rossa kaget.
“Begini
bu, suami ibu dituduh terlibat dalam kasus penggelapan uang perusahaan tempat
suami ibu bekerja. Untuk itu saya mohon bantuannya untuk mempercepat dan tidak
mempersulit proses penangkapan ini”, tegas polisi.
Lantas
polisi tadi langsung saja membuat tangan pak Adam tak berkutik dilahap borgol
yang dibawa si polisi itu.
“Papah ada apa sih ? Papah engga salah kan,
cepat jelaskan pada pak polisi ini bahwa papah tidak bersalah”, potong bu Rossa
khawatir.
“Begini
mah, mamah tahu tidak biaya untuk operasi Anti papah dapat dari mana. Papah
memakai uang perusahaan untuk operasi anak kita. Papah terpaksa mah, papah
sudah bingung harus mencari kemana lagi biaya sebanyak itu. Makanya papah
terpaksa melakukan itu”, jelas pak Adam kepada bu Rossa meyakinkan.
“Pah,
papah becanda kan ?”, bu Rossa bertanya memaksa.
“Tidak
mah, papah serius. Papah terpaksa, papah ingin anak kita Anti tetap bisa
melihat dunia.Papah ingin kelak dia bisa menjadi anak kebanggaan keluarga,
papah juga ga mau kalau mamah sedih karena harus kehilangan anak semata wayang
kita. Semua ini papah lakukan hanya untuk keluarga kita terutama untuk mamah
dan Anti. Maafin papah ya mah”, jawab pak Adam.
“Apa?”,
sang istri terkejut.
Seorang
suami yang selama ini dikenal olehnya sebagai pekerja keras, jujur, dan
bertanggungjawab kepada anak dan istrinya serta bisa menjadi ayah yang sempurna
yang dapat memberikan contoh untuk anakknya ternyata sudah gelap semua itu.
Kini rasa kepercayaan sang istri mulai sirna seiring sebuah kesalahan terbesar
yang dilakukan oleh istrinya sendiri. Walaupun sudah banyak pengorbanan dan
kebaikan yang dilakukan oleh suaminya, tetap saja ketika mendapati suami
bersalah karena kasus korupsi adalah kesalahan dan dosa terberat sekaligus
musibah terdahsyat dalam hidupnya. “Sungguh mengapa harus aku yang mengalami
keadaan seperti, menjadi istri seorang koruptor dan mendapati anak yang
mengalami gangguan pada otaknya”, tersentak sang istri pun menangis pedih.
Pak
Adam segera dibawa ke pengadilan dan di vonis hukuman selama 15 tahun di
penjara.Jika Pak Adam ingin selamat dari hukuman penjara tersebut, maka Pak
Adam di minta untuk membayar uang denda sebesar 1 Milyar rupiah.“Secara
logikanya bagaimana mungkin membayar uang denda, sementara untuk menyewa
seorang pengacara saja Aku tidak mampu.”
“Bagaimana
anak dan istriku ?”
“Mereka
akan makan dengan apa?”
“Siapa
yang akan menafkahkan mereka selama aku di penjara?”
“Bagaimana
dengan sekolah dan cita – cita anakku?”
Anakku
pasti akan malu mempunyai seorang ayah seorang penggelap uang.
Dua
bulan sudah Pak Adam dipenjara, kini anak istri sudah terlantar bagaikan tak
punya pemimpin dalam sebuah keluarga.Ditambah lagi untuk menebus semua hutangya
kepada perusahaan, rumah Pak Adam yang kini di tempati oleh istri dan anaknya
disita oleh perusahaan.Sang istri memutuskan untuk membawa anaknya Anti ke
rumah Eyangnya.Anti pun keluar dari sekolahnya dan memutuskan untuk pindah di
daerah pedesaan yang biayanya lebih murah di banding di Kota.
Mendengar
cerita sang anak, Eyang Anti pun yang sekaligus sebagai mertua dari Pak Adam
tidak terima melihat anaknya diperlakukan seperti ini, sang Eyang berusaha
memisahkan keduanya dan mengambil anaknya kembali untuk hidup bersamanya.
Namun, sang meanantu menolaknya, karena bagaimanapun perbuatannya itu semata –
mata hanya untuk keselamatan anak tercintanya juga.
Na’as
nya, satu tahun sudah Pak Adam di penjara, sang mertua seakan – akan
menambahkan beban berat yang sudah di pikul selama setahun di penjara.
Mendengar kabar kalau sang mertua akan menjenguk Pak Adam di penjara, perasaan
bahagia dan senang tak terbendung di hati Pak Adam. Tidak sabar melihat
kedatangan sang mertua yang akan membawa istri serta anaknya untuk menjenguknya
di penjara, Pak Adam lekas membersihkan diri.
Di
balik jeruji besi. Sebuah ruangan sempit berukuran dua kali dua meter persegi
beralaskan ubin yang dipenuhi dengan debu dan kotoran, jika dilihat disudut ruangannya
banyak binatang – binatang kecil yang baunya semerbak, serangga – serangga
terlihat berjalan disekitar dinding ruangan tersebut, ditambah lagi tumpukan
sarang laba – laba di sudut atas dinding ruangannya.
Pak
Adam hanya bisa tidur di atas ubin yang beralaskan tikar, tidak seperti
kebiasaan dulunya dengan kasur yang mewah dan empuk.Untuk mandi saja Pak Adam
harus mengantri dengan para tahanan lainnya karena hanya ada kamar mandi umum.
Makanan yang Ia makan pun berbeda dari kehidupan sebelumnya, dari makanan yang
mewah menjadi hanya ala kadarnya seperti tahu dan tempe. Untuk beraktivitas pun
Iahanya punya ruang disekitar lingkungan penjara.
Suatu hari yang cerah Ia tahu bahwa
mertua, istri dan anaknya akan datang menjenguknya. Segera ia mempersiapkan
diri dari mulai mencukur jenggot, menggantikan pakaian yang sudah beberapa hari
tidak digantinya dengan pakain yang bersih. Semuaia lakukan hanya untuk
terlihat rapih di depan keluarganya yang sangat ia cintai.
Waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi,
keluarga Pak Adam tiba di penjara, raut wajahnya terlihat sangat bahagia
melihat kedatangan keluarganya. Belum sampai memeluknnya anaknya, sang mertua
langsung menghalangi keribduan antara anak dan ayah tersebut.
“ Jangan sentuh cucuku! “, seru sang
mertua
“ Memangnya kenapa bu?”, Tanya sang
menantu
“
Aku tak sudi melihat cucuku disentuh oleh seorang narapidana penggelap uang
sepertimu!”, tegas sang mertua
“
Tapi Anti anakku, dia darah dagingku yang aku rindukan selama ini”, jawab Pak
Adam
“
Sudah Mah biarkan saja, dia kan ayah dari anakku juga, lagipula Anti sering
menangis karena merindukan ayahnya ”, ucap Rosa kepada ibunya
“
langsung saja pada tujuanku kesini adalah untuk menyerahkan surat perceraian
antara kamu dengan anakku untuk segera kau tandatangani”, tegas sang mertua
“
Apa ibu yakin dengan perkataan ibu?”, jawab Pak Adam sambil terkejut
Sang
istri terdiam tanpa kata karena takut akan ibunya, dalam lubuk hati yang paling
dalam, Rosa masih menyayangi sang suami, namun apa daya, perbuatan suaminya itu
memang sudah sangat bersalah. Dalam tangisannya dihadapan ibu, anak, serta
suaminya, Rosa mengatakan bahwa “ Sesungguhnya aku masih meyakini
kepemimpinanmu, namun sebuah kesalahan besar yang telah kamu lakukan, membuat
aku rapuh akan segalanya”.
Sang
suami mengatakan, “ Sungguh itu ucapan yang keluar dari bibir lembut istriku?”
“
Masih adakah kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya?” Tanya pak Adam
Aku
masih merindukan semuanya
Kisahku
dan kisahmu
Aku
masih membutuhkan segalanya
Kasih
dan sayangmu
Aku
ingin melihat seutuhnya tawa dan candamu
Tak
akan ada lagikah aku dalam hidupmu
Tak
kan ada lagi kisah ku persembahkan
Kini
hanya untaian air mata basahi tubuhku
Akankah
semua kan terulang kembali
Suasana haru membanjiri ruangan pertemuan
mereka di penjara, sang ibu tetap memaksa terjadinya perceraian. Akhirnya
ketukan palu hakim Pengadilan Agama memutuskan bahwa keduanya resmi bercerai,
Dan hak asuh anak diberikan kepada sang istri yang sekaligus sebagai ibu dari
anak mereka.
Setelah persidangan tersebut memberikan
hasil terbaik, sang istri kembali kepada ibu kandungnya dan tinggal di desa
tempat ibunya tinggal. Kini Anti tidak lagi bersekolah di Kota melainkan
dipindahkan ke sekolah di daerah pedesaan karena Anti ikut tinggal dengan
ibunya.Mendengar kabar tersebut, sang suami semakin sedih dan terpuruk meratapi
kesalahannya. Kesedihan Pak Adam semakin terasa lengkap karena ibundanya tiba –
tiba terserang penyakit stroke akibat ia di penjara. Perusahaan tempat ia
bekerja pun memberikan surat pemecatan untuk dirinya.
Selesai
sudah tugas pancasilaku, dan aku mendapatkan kesimpulan dan pelajaran berharga
bahwa seseorang bisa melakukan perbuatan yang tidak terpuji yang dalam hal ini
adalah korupsi karena beberapa faktor yang memaksanya untuk melakukan hal tersebut.Kisah
dari keluarga pak Adam ini memberikan pengetahuan kepadaku bahwa korupsi itu
bisa terjadi karena faktor keterpaksaan, kebutuhan yang mendadak yang
membutuhkan banyak uang, dilakukan untuk pengabdian atau rasa cinta yang
berlebih kepada orang terdekat kita, dan yang paling utama adalah karena adanya
kesempatan. Pada kasus pak Adam ini dia melakukannya selain karena terpaksa dan
tersendat kebutuhan akan uang banyak untuk kepentingan anaknya, dia juga bisa
melakukan korupsi karena dia memiliki kesempatan yaitu dengan diberikannya
kepercayaan yang besar kepadanya dan dia memanfaatkannya pada koridor yang
tidak benar.
Komentar