Pendidikan Agama Islam Part 1
Soal :
1.
Apa yang anda dapat ketahui dari materi bab I & bab II
(disimpulkan)?
2.
Bagaimana tanggapan anda mengenai keadaan/kondisi saat ini,
dimana banyak aliran-aliran atau kepercayaan baru?
Jawab :
1.
Dari materi bab I dan bab II
yang dapat saya ketahui adalah sebagai umat islam kita harus memiliki
akidah, yaitu aqidah islamiyah dimana dengan aqidah tersebut kita dapat
memiliki kepercayaan dan mengimani seluruh ajaran yang tertuang dalam islam.
Dari uraian singkat
pada bab I dapat kita ketahui pokok – pokok keyakinan islam yang terangkum
dalam istilah rukun Iman, yaitu :
Ø
Iman kepada Allah swt.
Ø
Iman kepada Malaikat
Ø
Iman kepada Kitab Suci
Ø
Iman kepada Rasul
Ø
Iman kepada Hari Akhir, dan
Ø
Iman kepada Qadha dan Qadhar.
Selanjutnya aqidah
Islamiyah dan keimanan yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang meyakini
adanya Allah dengan segala konsep keimanannya itu akan membuahan taqwa.
Orang yang bertaqwa
adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran, mengerjakan
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan – Nya baik secara lahiriah maupun
secara batiniah ia terjerumus kedalam perbuatan dosa. Orang yang bertaqwa
adalah orang yang menjaga dirinya dari perbuatan jahat, memelihara diri agar
tidak melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah swt. Bertanggungjawab
mengenai sikap tingkah laku dan perbuatannya, serta memenuhi kewajban.
Ruang lingkup taqwa
dalam makna memelihara meliputi empat jalur hubungan manusia, yaitu :
1) Hubungan manusia
dengan Allah
2) Hubungan manusia
dengan hati nurani atau dirinya sendiri
3) Hubungan manusia
dengan sesame manusia, dan
4) Hubungan manusia
dengan linngkungan hidup.
Pada bab II
dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang misterius dan sangat
menarik, karena semakin dikaji semakin terungkap betapa banyak hal – hal
mengenai manusia yang belum terungkapkan.
Kelebihan manusia
dari makhluk lainnya, antara lain :
1)
Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang paling
baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
2)
Manusia memiliki potensi beriman kepada Allah.
3)
Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.
4)
Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah – Nya di
bumi.
5)
Disamping akal, manusia diciptakan Allah dengan perasaan dan
kemauan atau kehendak.
6)
Secara individual manusia bertanggungjawab atas segala
perbuatannya.
2.
Menurut saya, diluar dari kepercayan islam tentunya sudah
banyak aliran baru, namun kini permasalahannya berada pada kepercayaan yang
kita anut sendiri, yaitu islam. Saat ini, banyak aliran – aliran baru yang
mengatasnamakan islam. Contohnya saja yang saya tahu sekarang ini adalah
banyaknya kata – kata baru yang menambahkan dari kata islam itu sendiri, contoh
: Islam Ahmadiyah, Islam Muhamadiyah, dan masih banyak lagi yang masuk ke dalam
kehidupan agama islam yang sesungguhnya murni dari Allah swt.
Padahal sejak lahirnya adam sampai kepada anak cucunya,
islam itu hanya satu dan itu lahir dari Allah swt. Bukan dari ajaran manusia
yang semata – mata merubah dalil yang sudah ada. Seperti halnya seseorang yang
mengatakan dirinya ulama, mengatakan bahwa ada nabi terakhir setelah nabi
Muhammad saw. Hal itu seharusnya tidak harus dipermasalahkan lagi karena memang
pada dasarnya di dalam islam dijelaskan bahwa nabi sebenarnya sangat banyak
sekali, tapi yang di ajarkan dalam islam ya hanya 25 nabi yang wajib kita
ketahui. Yang lainnya bisa kita pelajari dalam hadits.
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada
orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka.
Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar
dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku
mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad.
(Shahih Muslim No.1762).
Satu dari ciri kaum
Khawarij menurut Nabi Muhammad adalah mereka membaca Al Qur’an dan Hadits,
namun tidak diamalkan. Ucapannya tidak melampaui kerongkongan mereka. Hanya di
mulut saja.
Ahmadiyah menganggap ada rasul setelah Nabi Muhammad SAW,
yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Ini bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits serta
jumhur ‘ulama yang berkeyakinan bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi dan Rasul
terakhir dan tidak ada Nabi dan Rasul setelah Nabi Muhammad SAW.
Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah mengatakan, “Setiap
golongan yang menamakan dirinya dengan selain identitas Islam dan Sunnah adalah
mubtadi’ (ahli bid’ah) seperti contohnya : Rafidhah (Syi’ah), Jahmiyah,
Khawarij, Qadariyah, Murji’ah, Mu’tazilah, Karramiyah, Kullabiyah, dan juga
kelompok-kelompok lain yang serupa dengan mereka.
Setelah membawakan perkataan Ibnu Qudamah ini Syaikh
Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah menyebutkan mengenai sebagian
ciri-ciri Ahlul bid’ah. Beliau mengatakan, “Kaum Ahlul bid’ah itu memiliki
beberapa ciri, di antaranya:
Mereka memiliki karakter selain karakter Islam dan Sunnah
sebagai akibat dari bid’ah-bid’ah yang mereka ciptakan, baik yang menyangkut
urusan perkataan, perbuatan maupun keyakinan.
Mereka sangat fanatik kepada pendapat-pendapat golongan
mereka. Sehingga mereka pun tidak mau kembali kepada kebenaran meskipun
kebenaran itu sudah tampak jelas bagi mereka.
Mereka membenci
para Imam umat Islam dan para pemimpin agama (ulama).”(Syarh Lum’atul I’tiqad,
hal. 161)
Kemudian Syaikh
al-‘Utsaimin menjelaskan satu persatu gambaran firqah sesat tersebut secara
singkat. Berikut ini intisari penjelasan beliau dengan beberapa tambahan dari
sumber lain. Mereka itu adalah :
Pertama
Rafidhah (Syi’ah),
yaitu orang-orang yang melampaui batas dalam mengagungkan ahlul bait (keluarga
Nabi). Mereka juga mengkafirkan orang-orang selain golongannya, baik itu dari
kalangan para Shahabat maupun yang lainnya. Ada juga di antara mereka yang
menuduh para Shahabat telah menjadi fasik sesudah wafatnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Mereka ini pun terdiri dari banyak sekte. Di antara mereka
ada yang sangat ekstrim hingga berani mempertuhankan ‘Ali bin Abi Thalib, dan
ada pula di antara mereka yang lebih rendah kesesatannya dibandingkan mereka
ini. Tokoh mereka di jaman ini adalah Khomeini beserta begundal-begundalnya.
(Silakan baca Majalah Al Furqon Edisi 6 Tahun V/Muharram 1427 hal. 49-53, pent)
Kedua
Jahmiyah. Disebut
demikian karena mereka adalah penganut paham Jahm bin Shofwan yang madzhabnya
sesat. Madzhab mereka dalam masalah tauhid adalah menolak sifat-sifat Allah.
Sedangkan madzhab mereka dalam masalah takdir adalah menganut paham Jabriyah.
Paham Jabriyah menganggap bahwa manusia adalah makhluk yang terpaksa dan tidak
memiliki pilihan dalam mengerjakan kebaikan dan keburukan. Adapun dalam masalah
keimanan madzhab mereka adalah menganut paham Murji’ah yang menyatakan bahwa
iman itu cukup dengan pengakuan hati tanpa harus diikuti dengan ucapan dan
amalan. Sehingga konsekuensi dari pendapat mereka ialah pelaku dosa besar
adalah seorang mukmin yang sempurna imannya. Wallahul musta’an.
Ketiga
Khawarij. Mereka
ini adalah orang-orang yang memberontak kepada khalifah ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
‘anhu karena alasan pemutusan hukum. Di antara ciri pemahaman mereka ialah
membolehkan pemberontakan kepada penguasa muslim dan mengkafirkan pelaku dosa
besar. Mereka ini juga terbagi menjadi bersekte-sekte lagi. (Tentang
Pemberontakan, silakan baca Majalah Al Furqon Edisi 6 Tahun V/Muharram 1427
hal. 31-36, pent)
Keempat
Qadariyah. Mereka
ini adalah orang-orang yang berpendapat menolak keberadaan takdir. Sehingga
mereka meyakini bahwa hamba memiliki kehendak bebas dan kemampuan berbuat yang
terlepas sama sekali dari kehendak dan kekuasaan Allah. Pelopor yang
menampakkan pendapat ini adalah Ma’bad Al Juhani di akhir-akhir periode
kehidupan para Shahabat. Di antara mereka ada yang ekstrim dan ada yang tidak.
Namun yang tidak ekstrim ini menyatakan bahwa terjadinya perbuatan hamba bukan
karena kehendak, kekuasaan dan ciptaan Allah, jadi inipun sama sesatnya.
Kelima
Murji’ah. Menurut
mereka amal bukanlah bagian dari iman. Sehingga cukuplah iman itu dengan modal
pengakuan hati saja. Konsekuensi pendapat mereka adalah pelaku dosa besar
termasuk orang yang imannya sempurna. Meskipun dia melakukan kemaksiatan apapun
dan meninggalkan ketaatan apapun. Madzhab mereka ini merupakan kebalikan dari
madzhab Khawarij.
Keenam
Mu’tazilah. Mereka
adalah para pengikut Washil bin ‘Atha’ yang beri’tizal (menyempal) dari majelis
pengajian Hasan al-Bashri. Dia menyatakan bahwa orang yang melakukan dosa besar
itu di dunia dihukumi sebagai orang yang berada di antara dua posisi (manzilah
baina manzilatain), tidak kafir tapi juga tidak beriman. Akan tetapi menurutnya
di akhirat mereka akhirnya juga akan kekal di dalam Neraka. Tokoh lain yang
mengikuti jejaknya adalah Amr bin ‘Ubaid. Madzhab mereka dalam masalah tauhid
Asma’ wa Shifat adalah menolak (ta’thil) sebagaimana kelakuan kaum Jahmiyah.
Dalam masalah takdir mereka ini menganut paham Qadariyah. Sedang dalam masalah
pelaku dosa besar mereka menganggapnya tidak kafir tapi juga tidak beriman.
Dengan dua prinsip terakhir ini pada hakikatnya mereka bertentangan dengan
Jahmiyah. Karena Jahmiyah menganut paham Jabriyah dan menganggap dosa tidaklah
membahayakan keimanan.
Ketujuh
Karramiyah. Mereka
adalah pengikut Muhammad bin Karram yang cenderung kepada madzhab Tasybih
(penyerupaan sifat Allah dengan makhluk) dan mengikuti pendapat Murji’ah,
mereka ini juga terdiri dari banyak sekte.
Kedelapan
Kullabiyah. Mereka
ini adalah pengikut Abdullah bin Sa’id bin Kullab al-Bashri. Mereka inilah yang
mengeluarkan statemen tentang Tujuh Sifat Allah yang mereka tetapkan dengan
akal. Kemudian kaum Asya’irah (yang mengaku mengikuti Imam Abul Hasan
al-Asy’ari) pada masa ini pun mengikuti jejak langkah mereka yang sesat itu.
Perlu kita ketahui bahwa Imam Abul Hasan al-Asy’ari pada awalnya menganut paham
Mu’tazilah sampai usia sekitar 40 tahun. Kemudian sesudah itu beliau bertaubat
darinya dan membongkar kebatilan madzhab Mu’tazilah. Di tengah perjalanannya
kembali kepada manhaj Ahlus Sunnah beliau sempat memiliki keyakinan semacam ini
yang tidak mau mengakui sifat-sifat Allah kecuali tujuh saja yaitu : hidup,
mengetahui, berkuasa, berbicara, berkehendak, mendengar dan melihat. Kemudian
akhirnya beliau bertaubat secara total dan berpegang teguh dengan madzhab Ahlus
Sunnah, semoga Allah merahmati beliau. (lihat Syarh Lum’atul I’tiqad, hal.
161-163)
Syaikh Abdur Razzaq
al-Jaza’iri hafizhahullah mengatakan, “Dan firqah-firqah sesat tidak terbatas
pada beberapa firqah yang sudah disebutkan ini saja. Karena ini adalah
sebagiannya saja. Di antara firqah sesat lainnya adalah : Kaum Shufiyah dengan
berbagai macam tarekatnya, Kaum Syi’ah dengan sekte-sektenya, Kaum Mulahidah
(atheis) dengan berbagai macam kelompoknya. Dan juga kelompok-kelompok yang
gemar bertahazzub (bergolong-golongan) pada masa kini dengan berbagai macam
alirannya, seperti contohnya: Jama’ah Hijrah wa Takfir yang menganut aliran
Khawarij; yang dampak negatif ulah mereka telah menyebar kemana-mana (yaitu
dengan maraknya pengeboman dan pemberontakan kepada penguasa, red), Jama’ah
Tabligh dari India yang menganut aliran Sufi, Jama’ah-jama’ah Jihad yang mereka
ini termasuk pengusung paham Khawarij tulen, kelompok al-Jaz’arah, begitu juga
(gerakan) al-Ikhwan al-Muslimun baik di tingkat internasional maupun di kawasan
regional (bacalah buku Menyingkap Syubhat dan Kerancuan Ikhwanul Muslimin karya
Ustadz Andy Abu Thalib Al Atsary hafizhahullah). Sebagian di antara mereka
(Ikhwanul Muslimin) ada juga yang tumbuh berkembang menjadi beberapa Jama’ah Takfiri
(yang mudah mengkafirkan orang). Dan kelompok-kelompok sesat selain mereka
masih banyak lagi.” (lihat al-Is’ad fii Syarhi Lum’atul I’tiqad, hal. 91-92,
bagi yang ingin menelaah lebih dalam tentang hakikat dan bahaya di balik
jama’ah-jama’ah yang ada silakan membaca buku ‘Jama’ah-Jama’ah Islam’ karya
Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali hafizhahullah).
Dari hal diatas, dapat kita
pelajari bahwa segala sesuatu nya itu jangan tergesah – gesah, jika kita ragu,
maka segeralah memohon ampun dan berserah diri kepada Allah memohon petunjuk
dan jadikanlah Al – Qur’an dan Hadits sebagai pedoman dalam hidup kita. Semua
ilmu islam dapat dikatakan sah sah saja jika tid
Komentar