BEASISWA ITU BUKAN HANYA SEKEDAR MIMPI


            Pendidikan adalah belajar, belajar untuk hidup mendidik dan dididik. Pendidikan merupakan proses belajar karakteristik seseorang. Pendidikan itu bukan hanya penting tetapi kebutuhan. kebutuhan jiwa dan akal sebagai asupan setiap insan manusia.
            Hidup adalah perjuangan yang tidak akan sia – sia dan nikmatilah itu. Dalam perjuangan dibutuhkan pengorbanan dan jalanilah itu. Kita terlahir di dunia ini bukan untuk menjadi biasa saja, tapi untuk menjadi luar biasa bahkan lebih dari itu. Belajar bukan berawal dari buku dan pena. Belajar bukan berawal dari hitam di atas putih. Belajar dimulai dari manusia sejak lahir, dari tidak tahu apa-apa kemudian menangis sampai tersadar bahwa ia sedang dalam pelukan seorang ibu yang siap mengantarkan dirinya mengarungi dunia.
            Kita semua belajar menapaki bumi, tertatih dan terjatuh. Sakit yang kita rasakan tidak pernah menghentikan langkah kita untuk terus belajar. Karena kita yakin dalam diri kita adalah insan yang tercipta untuk menjadi luar biasa dan menjadi yang luar biasa itu bukan berarti tidak pernah jatuh.
            Seseorang yang sedang bimbang akan masa depannya mencoba mencari jalan keluar untuk memecahkan masalahnya dengan cara memperoleh perkerjaan sebagai buruh pabrik yang bekerja berdasarkan lamanya kontrak yang telah disepakati dari kedua belah pihak. Menurutnya pendidikan bukan hanya belajar di sekolah dari TK sampai SMA dari usia 5 sampai 17 tahun. Setelah lulus SMA mendapatkan ijasah lalu berdesakkan dengan para pelamar dari sekolah lain mencari lowongan kerja kesana kemari, memasukkan banyak lamaran di setiap tempat penerima kerja. Setelah bertahun-tahun menjadi pegawai yang teladan, mualilah berdesak-desakkan kembali untuk memperoleh jabatan setinggi-tingginya dengan menggeser teman sekuat-kuatnya tanpa memandang kawan atau lawan hanya untuk menjadi pegawai tetap di sebuah perusahaan industri. Itulah contoh pahit yang akan ia hadapi nantinya setelah lulus dari SMA bahkan sudah lazim terjadi pada setiap lulusan dari tahun ke tahun.
            Sungguh miris sekali mimpi seseorang untuk memperoleh  pendidikan dalam hidupnya jika yang terjadi adalah seperti itu. Jika alasan lain yang memicu seseorang tidak ingin meneruskan pendidikannya adalah hanya karena orangtua tidak menyetujui keinginan anaknya dan tidak menaruh harapan lebih pada anaknya, bukan berarti kita sebagai generasi penerus bangsa langsung menyerah dan mengatakan orangtua tidak menginginkan anaknya sukses. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi dan banyak pertimbangan yang dipikirkan oleh para orangtua untuk memberikan jalan keluar yang terbaik bagi anak-anaknya. Jika dilihat dari sudut pandang orangtua berdasarkan penghasilannya, mereka akan mengatakan,”Jika anak kami kuliah, maka biaya kuliah nanti akan kami bayar dengan apa? Bukankah besarnya biaya kuliah itu melebihi besarnya biaya di sekolah ? Untuk makan sehari-hari saja kami harus memeras keringat kami dari pagi sampai malam. Katakanlah kami bisa membayar biaya kuliah anak kami karena kebetulan anak kami lulus ujian yang menjanjikan biaya kuliah yang ringan. Tapi, Apakah selama masa kuliah anak kami tidak butuh tempat untuk tidur, biaya untuk makan sehari-hari dan buku-buku yang nantinya akan dibeli? Mengapa pendidikan sekeras ini? Anak kami memang berprestasi tapi kondisi ekonomi yang membuat mimpi anak kami terhenti!”
            Semua itu tidak akan terjadi jika kita sebagai anak mau berusaha semaksimal mungkin memperjuangkan pendidikan kita dan meningkatkan prestasi kita pada jurusan yang akan dipilih nanti disaat kuliah. Banyak istilah yang sering kita dengar, “Banyak jalan menuju Rhoma”, dan “Carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina”. Pesan dari seorang sahabat, “kita harus bersemangat karena perjuangan adalah seni maka nikmatilah!.”
            Jika kita terlahir sebagai orang-orang pilihan terbaik dari Tuhan. Maka tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Orang yang pintar bukan berarti terputus pendidikannya hanya karena materi. Orang yang biasa saja sekalipun tidak harus putus asa atas kemampuannya asalkan ia mau berusaha maka Tuhan akan memberikan jalan kepada umatNya. Kita semua dilahirkan untuk menjadi orang yang beruntung dan luar biasa. Maka didalam memperoleh keberuntungannya itu yang harus dilakukan adalah 4B (Berdoa, Belajar, Berusaha dan Bekerja Keras). Insya Allah semua mimpi dan cita-cita akan tercapai dan akan indah pada waktunya. Kita hanya bisa tawakal dan menyerahkan semua usaha kita hanya kepada Sang Pencipta. Memohon petunjukNya dan berharap kebaikan akan datang pada diri kita.
             Jika kita ingin sukses dalam pendidikan maka niatkanlah dalam diri kita. Jika biaya pendidikan menjadi faktor utama penghalang bagi kesuksesan masa depan kita, maka sudah saatnya kita merubah mindset kita untuk tidak diam di tempat. Di luar sana banyak peluang untuk selangkah lebih maju asalkan kita mau membuka pikiran dan wawasan kita. Salah satu cara yang dapat menggerakan mimpi kita untuk meraih masa depan adalah memperoleh “Beasiswa”. Tidak ada yang tidak mungkin bagi kita karena yang dinilai nanti adalah usaha kita, kerja keras kita dan doa kita. Tidak ada manusia bodoh di dunia ini, kecuali ia merelakan masa depannya terhenti hanya karena jalan yang ia lewati adalah jalan buntu. Ketika ia mampu berbelok arah dan mencari jalan keluar yang mampu meneruskan mimpinya maka ia baru bisa dikatakan sebagai manusia yang cerdas dan pintar.
            Dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Bahkan warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Demikian pula warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
            Kementrian Sekretariat Negara RI menjelaskan bahwa Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan, baik dari segi mutu dan alokasi anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara lain, UUD 1945 mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sejak UUD 45 mengamanatkan bahwa anggaran pendidikan minimal 20% APBN dan 20% APBD, alokasi anggaran pendidikan mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Hal ini bisa dilihat dari jumlah alokasi anggaran pendidikan dalam belanja pemerintah pusat yang diperoleh Departemen Pendidikan Nasional, sebagaimana digambarkan dalam grafik dibawah ini.
            Menurut Data Pokok APBN-P 2008 dan APBN 2009, pada tahun 2005 alokasi anggaran Depdiknas ini mencapai Rp 23.117,4 miliar atau 19,23% dari total APBN. Selanjutnya terus mengalami kenaikan, pada tahun 2006 mencapai Rp 37.095,1 miliar atau 22,44% dari total APBN, Rp 40.476,8 miliar atau 18,95% dari total APBN pada tahun 2007, dan pada tahun 2008 mencapai Rp 45.296,7 miliar atau 16,67% dari total APBN. Pada tahun 2009, alokasi anggaran Depdiknas dalam belanja pemerintah pusat mencapai Rp 62.098,3 miliar atau 19,76% dari total APBN.
            Pada tahun 2011 mencapai Rp 11,7 triliun atau sekitar 20,25% dari total APBN. Sekarang ini pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp 286,6 triliun atau mencapai 20,20% dari total APBN. Langkah selanjutnnya pemerintah merencanakan alokasi sebesar Rp 331,8 triliun untuk anggaran sektor pendidikan pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2013. Jumlah tersebut selain memenuhi ketentuan untuk mengalokasikan sebesar 20% dari total APBN, sekaligus mengalamai peningkatan 6,7 persen dibandingakan pada tahun 2012.
             Penjelasan tersebut menandakan bahwa masih banyak kesempatan bagi anak Indonesia untuk terus meningkatakan pendidikan mereka karena sesungguhnya peluang mereka sangatlah besar dan menguntungkan. Tidak ada orangtua yang menginginkan anaknya menjadi yang sama seperti mereka. Orangtua selalu menginginkan anaknya menjadi lebih luar bisa daripada mereka. Itulah sebabnya mengapa orangtua hanya bisa pasrah dan berdoa yang terbaik apabila kenyataan di dunia tak sama dengan yang mereka harapkan. Maka dengan beasiswa semua jalan berliku menjadi mudah untuk dilewati, semua beban menjadi terasa ringan untuk dipikul, semua usaha tidak akan menjadi sia-sia dan semua harapan akan menjadi nyata. Melalui beasiswa kita bisa menjadi apa yang kita inginkan, kita bisa meraih cita-cita, impian dan harapan kita karena sesungguhnya kita bisa dan kita mampu. Dunia ini hanya menguji kesungguhan kita. Tuhan sebenasrnya sudah menyiapkan takdir terbaik untuk kita, tinggal bagaimana caranya kita mau bersungguh-sungguh mengejar takdir yang melalui jalan yang telah diRidhaiNya.
            Dan ingatlah disamping pengorbanan kita sesungguhnya ada seseorang yang berkorban lebih, merelakan nyawanya, memperjuangkan segalanya demi sebuah impian anaknya, tidak pernah mengenal kata lelah demi mempertahankan kehidupan anaknya, menahan rasa lapar dan haus demi menghilangkan dahaga anaknya, menahan rasa malu dan takut demi kebutuhan anaknya, memberikan kasih sayang yang utuh seumur hidup walau sampai terhenti usianya. Siapakah dia? Ia adalah seorang ibu. Ibu yang cahayanya tak pernah padam, kasih sayangnya yang tak pernah hilang ditelan ombak, dan doanya yang tak pernah terputus walau jiwa dan raga yang ia pertaruhkan. Ibu adalah wanita dibalik layar, wanita dibalik kesuksesan seoranng anak, wanita dibalik kegigihan seorang anak dan sampai penghormatan yang lebih diberikan kepada seorang anak pun semua karena seorang ibu. Doa ibu adalah doa Illahi dan Ridha ibu adalah Ridha Illahi. Semangat meraih mimpi dan masa depan karena beasiswa bukan hanya sekedar mimpi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG TEKNIK SIPIL

PENGARUH EKSENTRISITAS BEBAN TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL

ISD - Part 7